Sabtu, 26 Februari 2011

Strategi Komunikasi


A.  PENDAHULUAN


a.     Latar Belakang
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :“.... strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”. (1981 : 84).
Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendi bahwa strategi komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu : Secara makro (Planned multi-media strategy) dan Secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu:
a.         Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
b.         Menjembatani “cultural gap”, misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk kebudayaan lain yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan sendiri   sangat   tergantung   bagaimana   strategi   mengemas   informasi     itu       dalam dikomunikasikannya. ( 1981 : 67 ).
Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984 :10)



B.   PEMBAHASAN


a.     Kerangka Teoritis

Dalam hal strategi dalam bidang apa pun tentu harus didukung dengan teori. Begitu juga pada strategi komunikasi harus didukung dengan teori. Teori merupakan pengetahuan mendasar pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena teori merupakan suatu statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari beberapa statement  yang  menghubungkan (mengkorelasikan) suatu statement yang satu dengan statement lainnya.
Dari sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika Serikat yang bernama Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says, What In, Which Channel, To Whom With, What Effect ? (siapa mengatakan, apa, dengan cara apa, kepada siapa, dengan efek bagaimana)”. Kalau diuraikan  Formula Lasswell  tersebut  dapat dilihat  pada skema yang digambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl sebagai berikut:









      Telaah komunikator meliputi analisis hal-hal sebagai berikut :
§  Sejauhmana si komunikator mempunyai percaya diri (self confident). Dikarenakan dalam Komunikasi Interpersonal ciri/karakteristiknya yang pertama dimulai dari diri sendiri maka komunikator harus percaya pada kemampuannya sendiri untuk melakukan relasi Komunikasi Interpersonal.
§  Bahagian dari percaya diri pada komunikator adalah penguasaan meteri/pengetahuan yang mendalam tentang hah-hal dari isi pesan yang akan di-reciever-kan (disampaikan).
§  Sejauh mana komunikator mengendalikan transaksional, yaitu ketika bertemu dan berkenalan dengan komunikan maka komunikator sudah mempunyai persepsi mengenai identitas dan kepribadian komunikan. Untuk selanjutnya maka komunikator harus tetap mengendalikan identitas dan kepribadian komunikan seperti semula.
§  Memelihara relasi, yaitu memelihara hubungan dengan komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap memperhatikan pandangan pada wajah komunikan.
Formula dari Lasswell tersebut termasuk dalam katagori model-model dasar dalam strategi komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang proses komunikasi. Formula Laswell menunjukkan kecenderungan-kecenderungan awal model-model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai “receiver” (penerima) dan karenanya komunikasi harus semata-mata dianggap sebagai proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada efeknya.
Selanjutnya strategi komunikasi harus juga meramalkan efek komunikasi yang diharapkan, yaitu dapat berupa :menyebarkan informasi melakukan persuasi melaksanakan intruksi. Dari efek yang diharapkan tersebut dapat ditetapkan bagaimana cara berkomunikasi (how to communicate), dapat dengan : komunikasi tatap muka (face to face communication), dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behaviour change) dari komunikan karena sifatnya lebih persuasif, komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan lebih banyak untuk komunikasi informatif dengan menjangkau lebih banyak komunikan tetapi sangat lemah dalam hal persuasif.
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Salah satu upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik mempergunakan pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action Procedure) dengan lima langkah yang disingkat AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action)
 Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi. Setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

b.     Kerangka Berfikir

Apa yang dikatakan, belum tentu didengar.
Apa yang didengar, belum tentu dimengerti.
Apa yang dimengerti, belum tentu disetujui.
Apa yang disetujui, belum tentu dilakukan.
                                 Apa yang dilakukan, belum tentu menjadi kebiasaan

Saran yang diberikan berikut ini hanyalah panduan yang tidak mempunyai aturan-aturan ketat. Strategi komunikasi juga dapat diterapkan untuk proyek terpisah dalam rencana kwartalan atau bulanan, atau dapat menunjuk ke strategi komunikasi di luar rencana periodik atau di bawah strategi organisasi yang menyeluruh. Apakah strategi kominikasi Anda dirancang untuk suatu proyek khusus atau untuk suatu periode yang sama sebagai strategi organisasi, strategi tersebut harus memperhatikan beberapa hal berikut ini yaitu: Tujuan, Sasaran, Pesan, Instrumen dan Kegiatan, Sumberdaya, Skalawaktu, Evaluasi dan Perbaikan.

a)    Tujuan
Tujuan Anda adalah kunci sukses strategi komunikasi Anda. Tujuan tersebut harus mampu memastikan bahwa strategi komunikasi yang dikembangkan merupakan tuntutan kebutuhan organisasi, bukan karena adanya kebutuhan atas komunikasi itu sendiri. Kegiatan komunikasi Anda bukan merupakan akhir dari semua kegiatan, tetapi dilakukan demi organisasi dan karena itu harus dikaitkan dengan tujuan organisasi.
b)    Sasaran
Anda perlu mengidentifikasi sasaran Anda dengan siapa Anda perlu berkomunikasi untukmencapai tujuan organisasi. Sasaran terbaik yang dituju agar mencapai tujuan mungkin saja bukan sasaran yang paling jelas, dan mentargetkan sasaran, misalnya media, tidak selalu dapat membantu Anda mencapai tujuan. Setiap orang ingin mempunyai profil media dan profil politik yang lebih tinggi, namun kegiatan untuk mendukung dua hal tersebut biasanya hanya untuk kepentingan pribadi dan hanya terdorong oleh kebutuhan mengkomunikasikan, dengan dampak yang tidak luas. Efeknya bisa saja negatif jika Anda menghabiskan seluruh sumberdaya untuk hal ini yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan pemangku kepentingan kunci.
c)    Pesan
Mencari target yang strategis dan konsisten adalah kunci pesan organisasi. Ciptakan sesuatu yang komprehensif dan mencakup semua pesan kunci, dan beri tekanan pada unsur-unsur yang berbeda untuk pendengar yang berbeda. Untuk memaksimalkan dampak pesan yang akan disampaikan perlu dirangkum dalam tiga point yang dapat diulang-ulang. Ingat, komunikasi adalah tentang bercerita: gunakan penyampaian narasi yang menarik, cerita-cerita seputar minat manusia, dan imajeri yang menarik.
d)    Instrumen dan kegiatan
Kenali instrumen dan kegiatan yang sesuai untuk mengkomunikasikan pesan kunci. Anda dapat memperoleh gagasan ini dari pendengar atau dari pesan-pesan, atau kombinasi dari keduanya. Misalnya, sebuah laporan tahunan akan bermanfaat untuk komunikasi perusahaan, sementara bulletin email cocok untuk komunikasi internal. Pastikan bahwa Anda merancang instrumen dan kegiatan berdasarkan waktu yang sesuai dan sumberdaya dana yang ada.
e)    Sumberdaya dan skala waktu
Aturan utama yang harus ditaati adalah selalu menepati janji dan jangan mengumbar janji. Gunakan sumberdayamu dan skala waktu untuk menetapkan harapan yang dapat diwujudkan.
f)     Evaluasi dan Amandemen
Pertimbangkan melakukan audit komunikasi untuk memperkirakan efektivitas strategi komunikasi Anda dengan pendengar internal maupun external. Gunakan pertanyaan terbuka denganjawaban dan tolok ukur yang tepat, dan bila mungkin carilah seseorang untuk mengerjakan ini. Pertimbangkan dan diskusikan hasilnya dengan cermat dan gunakan temuan2 yang ada untuk mengubah strategi Anda.
Itu sebabnya suatu proyek harus mendefinisikan sebelumnya mengenai apa dan untuk siapa informasi dimaksud dan bagaimana penerima seharusnya menerjemahkannya dalam komunikasi dan tindakan. Cara terbaik mencapai ini adalah melalui suatu strategi komunikasi yang sistematis dan menyeluruh seperti yang digambarkan dalam 10 langkah strategi komunikasi.


Penggunaan komunikasi secara sistematis sangat penting, bukan hanya implementasi proyek, tapi juga penetapan kebijakan/program yang dibentuk untuk meningkatkan partisipasi dalam dukungannya terhadap pembangunan berkelanjutan. Komunikasi adalah proses dua arah dimana kombinasi alur informasi dan pengalaman “dari atas” dan “dari bawah” untuk menganalisa suatu keadaan, menentukan karakteristik kelompok strategis, serta persoalan kunci yang harus ditangani untuk mendapatkan gabungan terbaik dari instrument kebijakan. Undang-undang yang dibuat dengan seksama, insentif ekonomis, atau solusi teknologi tidak akan berfungsi sebelum masyarakat terkait diinformasikan, ditanyakan pendapatnya, dan akhirnya mendapatkan kepemilikan atas perubahan dan intervensi yang dimulai untuk menangani persoalan yang ditangani. Secara umum strategi komunikasi dilakukan melalui 10 tahapan / langkah yaitu sebagai berikut:

Analisa Program/Masalah
Media yang dikembangkan seharusnya merupakan bagian terpadu dari suatu program yang lebih besar, karena media adalah alat bantu dalam komunikasi program. Kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum sampai kepada pengembangan media adalah meng­analisa konteks program. Dalam tahap ini, isu-isu dan masalah-masalah yang ingin dipe­cahkan oleh program, dipelajari dengan seksama. Media-media yang akan dikembangkan nantinya, seharusnya merupakan alat bantu bagi sebagian dari permasalahan yang akan dipecahkan.


Analisa Situasi
Media-media yang dikembangkan, tidak dapat berlaku umum untuk semua tempat, semua orang, dan setiap waktu. Program biasanya memiliki wilayah layanan tertentu sebagai fokus utama program, dalam memecahkan permasalahan. Karenanya media-media yang akan dikembangkan, haruslah ditujukan kepada wilayah layanan program ini. Agar media-media ini dapat tepat guna dan diterima oleh kelompok sasaran yang dilayani oleh program, maka media-media haruslah dikembangkan sesuai karakteristik wilayah layanan program. Analisa situasi diperlukan untuk memperoleh data-data mengenai wilayah program, sehubungan dengan kebutuhan kegiatan komunikasi.
Analisa Khalayak
Tujuan program untuk memecahkan masalah tertentu pada wilayah tertentu, haruslah memperhatikan karakteristik kelompok sasaran. Komunikasi yang dilakukan oleh program bertujuan untuk mempersempit atau bahkan meniadakan kesenjangan-kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap atau pun perilaku. Data-data mengenai kondisi awal kelompok sasaran dalam hal kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan modal awal dalam menentukan tujuan komunikasi. Tanpa data-data ini, program tidak pernah tahu seberapa besar perubahan yang terjadi nantinya.

§   Tujuan Komunikasi
Permasalahan-permasalahan mendasar yang ada pada kelompok sasaran, biasanya merupakan kepedulian utama dari program. Karenanya kegiatan-kegiatan komunikasi dalam suatu program, diarahkan untuk mencapai suatu perubahan dari kondisi awal. Demi efisiensi dan efektivitas, tujuan komunikasi harus dirumuskan dengan jelas. Program harus memiliki tujuan komunikasi yang dapat dicapai, dimana hasilnya dapat diamati dan diukur. Tujuan komunikasi inilah yang kemudian akan menjadi modal awal dalam kegiatan pengembangan media.
§   Strategi Komunikasi
Tujuan komunikasi yang telah ditentukan oleh program, biasanya masih terlalu besar untuk dapat dituangkan ke dalam media. Suatu program dapat memiliki beberapa tujuan komunikasi. Sedangkan suatu tujuan komunikasi belum tentu dapat dituangkan ke dalam satu media saja. Seringkali, untuk mencapai suatu tujuan komunikasi diperlukan beberapa media yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Karenanya program harus memikirkan strategi komunikasi yang akan digunakan dalam mencapai tujuan komunikasi.

§   Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media
Program memiliki kepentingan atas terpenuhinya jadwal penyelesaian pekerjaan, karena tujuan yang ingin dicapai oleh program juga memiliki target waktu. Dengan adanya strategi komunikasi, pelaksana program akan dengan mudah melakukan perencanaan kegiatan pengembangan media. Apabila media-media komunikasi dibutuhkan pada saat yang bersamaan atau pun berdekatan, program harus yakin bahwa kegiatan pengembangan media dapat selesai pada saat yang telah dijadwalkan.

§   Produksi dan Ujicoba Media
Pengembangan Media sebagai kegiatan teknis, harus dilakukan berdasarkan kepada acuan-acuan yang telah dikembangkan sebelumnya. Dalam tahap ini, semua hasil kegiatan pada tahap sebelumnya, dibutuhkan untuk pengembangan media. Produksi dan Ujicoba Media adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan mulai dari pengembangan pesan-pesan utama, pengembangan naskah, pengembangan visualisasi, penataan letak, ujicoba pencetakan dan penggandaan media dilakukan di dalamnya.

§   Penggunaan Media
Media yang telah selesai dikembangkan, akan sia-sia jika tidak digunakan sesuai dengan tujuan pengembangannya dan strategi komunikasi yang telah dikembangkan. Program harus dapat menjamin bahwa media yang telah dikembangkan digunakan sebagai peruntukannya, apabila menginginkan tercapainya tujuan komunikasi. Pengguna media biasanya bukanlah orang-orang yang mengembangkan media. Karenanya, program perlu mengembangkan suatu panduan penggunaan media untuk menjamin berjalannya strategi komunikasi dan terjadinya komunikasi dengan menggunakan media itu sendiri.

§   Monitoring dan Sistem Pengelolaan Informasi
Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sesuai strategi komunikasi yang dikem­bangkan, belum tentu dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Sedetil apapun dan secermat apapun perencanaan yang dikembangkan, selalu saja diperlukan adanya penyesuaian-penyesuaian. Untuk dapat menjamin tercapainya tujuan komunikasi, Program harus melakukan pemantauan atas kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sambil terus mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya perubahan situasi, dapat saja mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan komunikasi. Tanpa adanya mekanisme pemantauan dan pengelolaan informasi, Program akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam waktu singkat. Program dituntut untuk dapat mengembangkan mekanisme pengelolaan informasi dan mekanisme pemantauan, agar penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan dapat diketahui sesegera mungkin untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan penyesuaian.

§   Evaluasi dan Analisa Masalah
Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran secara sistematis yang dilakukan oleh Program, untuk menilai sejauhmana keberhasilan program dalam mencapai tujuannya. Evaluasi secara keseluruhan juga akan mencakup evaluasi terhadap kajian di bidang kegiatan komunikasi. Dalam hal ini, biasanya pertanyaan-pertanyaan evaluasi diarahkan untuk mengetahui apakah kelompok sasaran/khalayak telah terjangkau oleh program; apakah terdapat perubahan pada kelompok sasaran/khalayak (pengetahuan, sikap atau pun perilaku); sejauhmana perubahan terjadi; mengapa terjadi atau tidak terjadi perubahan dan sebagainya.
Secara alami, program tidak akan mungkin memecahkan semua masalah yang ada pada suatu kelompok sasaran di suatu wilayah dalam satu waktu. Permasalahan yang belum terpecahkan akan dikaji ulang dan dicoba dicarikan jalan keluarnya. Jika permasalahan berhasil dipecahkan, akan muncul permasalahan lainnya yang menjadi penting untuk dipecahkan. Program akan bergerak maju, untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya. Pada tahap ini, kegiatan evaluasi sebenarnya merupakan bagian dari kegiatan Analisa Program / Masalah (tahap pertama) untuk program berikutnya.



C.  KESIMPULAN
Komunikasi adalah kunci sukses mencapai tujuan, penentuan strategi komunikasi yang tepat dengan memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhinya dapat menjadikan impresi sampainya maksud yang di encode oleh komunikator menjadi lebih signifikan sampai kepada komunikan sehingga mendapat respon atau feedback sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
Konsep dalam strategi seperti konsepnya Lasswell pada intinya ingin menjadikan komunikasi yang terjadi secara simultan baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok atau organisasi menjadi efektif sehingga tercapai tujuan-tujuan yang ingin diraih.










Minggu, 20 Februari 2011

Paradoks Pemberdayaan Masyarakat Tani



(Sebuah Telaah Kritis Sebuah Naskah Akademik)

A.   Pendahuluan
Pertanian merupakan sektor yang masih menjadi primadona di indonesia, kondisi alam indonesia dengan identitasnya sebagai negara agraris seharusnya menjadikan pertanian sebagai identitas nasional. Sejalan dengan hal tersebut maka pertanian adalah sektor utama mata pencaharian penduduknya, hal ini dibuktikan dengan data penggunaan lahan yang cukup besar di negeri ini adalah penggunaan untuk bidang pertanian, yakni perkebunan dan tanaman pangan. Sayangnya, potensi yang dimiliki baik jumlah penduduk dan luas lahan yang tersedia tidak serta merta menjadikan pertanian merupakan sektor yang menjadi fokus perhatian pemerintah, pada masa orde baru, perhatian pemerintah hanya terjadi pada masa-masa awal Repelita I dan II itupun dengan konsekwensi kerusakan alam yang kronis akibat penggunaan bahan kimia yang simultan di aplikasikan demi target prestise swasembada.
Dalam aspek kesejahteraan petani, ternyata kualitas kehidupan petani Indonesia berada dalam kondisi memprihatinkan, masyarakat miskin baik standar BPS apalagi standar IMF mayoritas adalah petani, selain itu kepemilikan lahan yang terus berkurang, pola-pola kebijakan pertanian yang tidak sistematis, kelangkaan sarana dan prasarana, permasalahan penyuluhan, kurangnya pemahaman terhadap aspek hukum positif yang berlaku dan bebagai masalah-masalah lain yang belum terpecahkan dengan maksimal hingga saat ini, menjadikan petani Indonesia secara khusus dan pertanian Indonesia secara umum berada dalam level yang kritis. Berdasarkan fakta yang diurai di atas, ada sebuah konsep yang terus diupayakan, bahkan diperjuangkan untuk didifusi menjadi undang-undang dengan satu tujuan yakni menangkat harkat dan martabat petani indonesia kedalam derajat kehidupan yang lebih baik, konsep tersebut adalah pemberdayaan masyarakat petani (the empowerment of farmers society). Sebuah konsep besar yang bukan perkara mudah untuk dielaborasi dan diinisiasi di level lapangan
B.    Telaah Kritis Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat Tani merupakan sebuah proses perubahan pola pikir, perilaku dan sikap petani, dari petani subsisten menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis, melalui proses pembelajaran berkelanjutan (sustainable learning). Pemberdayaan masyarakat tani dibangun berdasarkan konsep linier input-proses (kurikulum agribisnis, magang dan learning by doing)-output (petani modern berbasis agribisnis). Dari pengertian dan pola dasar yang dibangun ini, maka cakupan pemberdayaan petani meliputi: pemberdayaan kelembagaan petani, pemberdayaan kegiatan agribisnis berbasis pasar, usaha agribisnis yang menguntungkan, agribisnis berbasis kepercayaan jangka panjang, pemberdayaan menuju kemandirian dan daya saing usaha serta pemberdayaan kemitraan kontak usaha (sumber: naskah akademik undang-undang pemberdayaan dan perlindungan petani).
Harus diakui pernyataan di atas merupakan pernyataan yang ditulis oleh para ahli akademis bidang pertanian yang merupakan hasil pemikirannya yang mendalam, mereka mungkin saja merupakan orang-orang yang concern dan aware terhadap bidang pertanian, namun tidak ada salahnya jika sebuah pemikiran tersebut kita kritisi demi kemajuan bersama, hal-hal yang perlu dikritisi tersebut antara lain:
Pertama, tujuan mendasar pemberdayaan pertanian memang telah dengan gamblang diejawantahkan dalam pernyataan di atas, yakni terjadi perubahan baik pola pikir, sikap dan perilaku petani dari pertanian sub-sisten ke arah pertanian modern yang berbasis agribisnis. Perlu kita pahami konteks pertanian subsisten berarti merupakan pertanian yang seluruh hasilnya digunakan atau dikonsumsi sendiri oleh produsennya. Contoh: padi, jagung, ternak ayam yang dipelihara bertujuan untuk konsumsi sendiri, tidak ada maksud untuk dijual ke pasar. Pertanian subsisten secara murni pada saat ini dapat dikatakan sudah langka, hanya terdapat di daerah-daerah yang terisolasi seperti di Nias. Kalau hasil pertanian itu hanya cukup untuk dimakan  maka disebut subsistence level of living, dan kondisi ini sama dengan petani miskin, atau dalam konteks kecepatan adopsi inovasi, petani sub-sisten biasanya berada dalam level late majority dan atau level laggard (kuno).
Jika konteks pemberdayaan adalah mengarahkan petani sub-sisten menuju petani modern berbasis agribisnis, maka betapa tugas berat tengah menghadang di hadapan agen pemberdayaan karena hal ini berarti ibarat mengangkat batu dari dasar sumur ke atas gunung, perlu penanganan serius dan landasan konsep holistik serta pelaksanaan yang sistematis dan simultan. Bisa kita bayangkan merubah petani mapan dan petani semi sub-sisten menuju petani modern berwawasan agribisnis saja bukan perkara mudah, apalagi mengangkat harkat dan martabat petani sub-sisten (petani miskin) menuju petani modern. Solusi yang sebenarnya bisa diupayakan untuk pemberdayaan petani sub-sisten (miskin) adalah menjadikan mereka aware (sadar) untuk bergabung dengan komunitas kelompok, membuat sikap mental yang kuat untuk melakukan perubahan, bukan langsung menjadikan mereka menuju awang-awang petani modern.
Kedua, konsep linier pola dasar pemberdayaan input-proses (kurikulum, magang, learning by doing)-output (petani modern), tidak serta merta menjadikan petani berdaya (terjadi perubahan Pengatahuan, Sikap dan Keterampilan), tetapi ada faktor-faktor lain baik secara internal maupun eksternal yang secara holistik mempengaruhi perubahan petani. Kesadaran akan keadaan, latar belakang budaya dan pemahaman agama, sosio kultural dan tekad kuat untuk berubah menjadi faktor utama sebelum didapatnya input yang baik. Kebijakan pemerintah (mendorong/menekan), sarana prasarana, infrastruktur, kondisi sosial politik, dan orientasi pembangunan menjadikan faktor eksternal yang juga memberikan andil terhadap perubahan perilaku petani secara keseluruhan. Faktor penting lain yang juga tidak bisa lepas begitu saja adalah kesungguhan dan kualitas sumber daya agen pemberdayaan (baca:penyuluh pertanian) dalam memperjuangkan perubahan perilaku petani.
Ketiga, melakukan perubahan berarti melakukan pekerjaan dengan waktu yang tidak terbatas, memang dalam pernyataan di atas telah di uraikan dengan kata “melalui pembelajaran berkelanjutan” namun konteks ini juga harus diperhatikan seperti apa? Pendidikan berkelanjutan seyogyanya merupakan pendidikan yang secara sistematis menjadikan petani belajar untuk berubah secara bertahap, artinya diperlukan standar-standar perubahan petani, pola penilaiannya memang bisa melalui evaluasi, namun parameter standar apa yang digunakan untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani belum bisa terdefinisi.
Keempat, cakupan pemberdayaan petani meliputi: pemberdayaan kelembagaan petani, pemberdayaan kegiatan agribisnis berbasis pasar, usaha agribisnis yang menguntungkan, agribisnis berbasis kepercayaan jangka panjang, pemberdayaan menuju kemandirian dan daya saing usaha serta pemberdayaan kemitraan kontak usaha, dari beberapa cakupan dalam pernyataan ini, ada beberapa hal yang semestinya masuk kedalam cakupan pemberdayaan masyarakat tani diantaranaya adalah: pemberdayaan networking kelembagaan petani, pengembangan perguliran dan membangun pengaruh kelembagaan terhadap lembaga lain yang belum terberdayakan atau individu tani yang masih enggan untuk bergabung kedalam kelembagaan petani, selain itu penguatan kelembagaan untuk mengantisipasi serangan impor komoditas pertanian akibat liberalisasi perdagangan juga perlu diperhatikan, penguatan bargaining position product, diverisifikasi pasar dan enlarger market share comodity juga patut untuk dijadikan perhatian dalam melakukan pemberdayaan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kualitas agen pemberdayaan yang menginfiltrasi masyarakat juga perlu ditingkatkan.
Akhirnya berbicara mengenai pemberdayaan berarti berbicara mengenai kesungguhan agen pemberdayaan dalam melakukan perubahan, perubahan yang bisa dicapai dengan tahapan-tahapan dengan parameter evaluasi yang distandarkan, petani subsisten (laggard) seharusny diupayakan menjadi petani yang mau bergabung terlebih dahulu dengan komunitas pertaniannya, mau membuka diri terhadap perubahan, petani yang mau membuka diri dan memiliki inovasi iniliah yang harus diupayakan untuk menjadi petani modern dan diarahkan untuk membantu petani-petani di level bawahnya untuk bersama-sama bangkit demi kemajuan bersama. Kemudian, berbicara mengenai pemberdayaan berarti berbicara mengenai landasan pola pikir holitstik banyak hal yang harus di sinergikan antara faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi, kemudian peningkatan kualitas agen pemberdayaan juga menjadi faktor penting untuk perubahan masyarakat tani menuju arah yang lebih baik, hal yang paling utama adalah pemberdayaan adalah konteks aplikasi, jadi marilah kita menjadi agen pemberdayaan masyarakat tani (penyuluh) dengan baik dan berorientasi pada kesejahteraan mereka (baca; petani).



Kamis, 10 Februari 2011








Jagung


I.            PENDAHULUAN




1.1          Latar Belakang
            Di Indonesia, jagung merupakan komoditas tanaman pangan kedua terpenting setelah jagung, berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke-3 setelah gandum dan padi. Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah banyak dibudidayakan oleh para petani. Jagung merupakan sumber makanan pokok pertama dan jagung sebagai sumber makanan pokok kedua setelah nasi. Walau demikian, jagung sangat banyak dibutuhkan untuk membuat pakan ternak ataupun untuk dibuat sebagai tepung tapioka. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.
Jagung merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung sumber hidrat arang dan memiliki kalori  dan protein yang hampir sama dengan padi. Penyajian makanan/masakan dari jagung dapat dikombinasikan dengan bahan makanan lain sehingga dapat melengkapi zat makanan yang terkandung didalamnya.
Tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya dan banyak sekali gunanya. Oleh karena itu, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, antara lain:
a)       Batang dan daun muda: pakan ternak
b)       Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos
c)       Batang dan daun kering: kayu bakar
d)       Batang jagung: lanjaran (turus)
e)       Batang jagung: pulp (bahan kertas)
f)       Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goring
g)      Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.  

Selain itu, komoditas jagung semakin banyak dibudidayakan secara komersial, hal ini terbukti dengan adanya daerah-daerah sentra penanaman jagung seperti di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Kalimantan, NTT, dan Maluku. Untuk itu, produksi jagung dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dapat berperan sekali terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat luas baik untuk dikonsumsi sebagai sayur maupun  untuk memenuhi kebutuhan pedagang besar atau agroindustri.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, jagung menjadi semakin banyak dibutuhkan. Peningkatan kebutuhan ini merupakan ladang emas bagi petani jagung. Namun, hal tersebut tidak terwujud sampai saat ini. Oleh karena itu teknik budidaya jagung harus ditingkatkan. Dengan demikian, alangkah baiknya usaha budidaya jagung harus ditingkatkan dengan baik dan maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional.

1.2          Tujuan
Tujuan kegiatan paktikum teknik produksi tanaman serealia komoditas jagung adalah sebagai berikut :
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung mulai dari persiapan penanaman hingga panen.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui teknik budidaya dan mengidentifikasi hama penyakit pada tanaman jagung secara langsung dilapangan.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
4.      Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat dikelas dengan praktikum dilapangan.
5.      Mahasiswa  dapat menganalisis kelebihan dan kelemahan teknis pengelolaan budidaya jagung. 



II.          TINJAUAN PUSTAKA



2.1          Botani
Tanaman jagung termasuk golongan tanaman  semusim dan berasal dari famili Gramineae. Tanaman ini mudah dikenal oleh siapapun karena jagung mudah dijumpai dimana saja. Selain itu tanaman ini  sangat familiar karena peranannya yang penting  terhadap pemenuhan karbohidrat dan sebagai tanaman pangan ke-2 terpenting setelah tanaman jagung.
a.             Taksonomi Tanaman Jagung
Sistematika tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom          : Plantae
Division            : Spermartophyta
Sub-divisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Ordo                : Graminae
Familia             : Graminaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.

b.            Morfologi Tanaman Jagung
Bagian-bagian tanaman jagung  dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
1.             Akar
                               Akar tanaman jagung terlebih dahulu tumbuh dari ujung biji sebelah bawa, yaitu dekat tempat ujung biji menempel pada jenggel,  akar ini dinamakan akar “temporer” atau akar sederhana, yang berfungsi untuk mempertahankan berdirinya kecambah dalam waktu yang tidak lama, Akar permanen muncul pada umur tanaman 6-10 hari setelah tanam. Akar permanen ini tumbuh dari bawah sekitar 2.5 cm dari permukaan tanah. Pada mulanya akar permanent tumbuh lateral sampai kira-kira umur 9-12 hari setelah tanam, kemudian setelah akar tumbuh ke bawah. Ada 4 macam akar yang dihasilkan atau terdapat pada tanaman jagung yaitu:


  Akar tunggang atau utama yang keluar dari pangkal batang berjumlah antara 20 -30.
  Akar lateral berjumlah akar yang tumbuh pada bagian akar utama, jumlahnya mencapai ratusan untuk tiap akar utamanya dengan panjang 2,5-25 cm.
  Bulu-bulu akar halus yang terdiri dari satu sel dan dengan jumlah yang tak terhingga. Bulu akar ini tumbuh dari ujung-ujung akar utama dan akar lateral.
  Akar rambut tumbuhnya sebentar, kemudian mati dan digantikan oleh akar rambut yang baru, atau pada daerah titik tumbuh akar. Akar rambut memiliki fungsi sebagai penghisap hara tanaman maupun air tanah dan tidak tumbuh lama seperti akar-akar lainnya.
2.             Batang
Batang tanaman jagung sangat berbeda dengan batang  tanaman jagung-jagungan lainnya, yaitu batang tanaman jagung berbentuk silindris dan padat (solid) sedangkan jagung-jagungan umumnya berlubang. Batang tanaman jagung terisi oleh teras, dimana didalam teras tersebut terdapat bekas-bekas pembuluh yang tidak beraturan. Di sebelah luar jumlah berkas pembuluh itu lebih banyak sehingga dapat menguatkan batang tanaman. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas biasanya 14 (antara 8-21). Tinggi batang berbeda-beda dari 90cm untuk varietas-varietas berumur genjah atau varietas yang berhabitus pendek, malah Pop Corn (Zea mays everta) tingginya hanya diantara 30-50 cm, sedangkan kebanyakan tanaman jagung mempunayai ketinggian antara 1,50-3 meter, kadang-kadang ada yang tingginya lebih dari 3 meter.
3.             Anakan
Anakan atau tiller tumbuh di buku  daun pertama. Tiap-tiap tanaman jagung mempunyai beberapa pucuk yang laten, yang sewaktu-waktu dapat tumbuh apabila keadaan lingkungan yang kurang baik; bila tidak, mereka akan tetap tinggal dormansi. Apabila tiller ini tumbuh dengan baik, ia akan mempunyai fungsi yang sama seperti batang utama.



4.             Daun
Jumlah daun untuk tiap tanamannya berbeda-beda yaitu antara 8 sampai 48 dengan rata-rata 12-18 helai. Jagung yang berumur genjah pada umumnya berdaun banyak. Panjang daun pun berbeda-beda  yaitu berkisar antara 30 dan 150 cm sedangkan lebarnya dapat mencapai 15 cm.Daun terdapat pada buku-buku batang dan terdiri dari 3 bagian yaitu kelopak daun:
      Kelopak daun pada umumnya membungkus batang secara keseluruhan, sehingga bukunya tertutup kelopak dan seringkali tidak tampak Karena kelopak daun melingkari batang.
      Lidah daun terletak diantara helaian daun dan kelopak daun yang sering disebut sebagai ligula yang berbulu dan berlemak. Ligula memiliki fungsi untuk mencegah air masuk ke dalam bagian antara kelopak daun dan batang.
      Helaian daun berbentuk memanjang dan terdapat ibu tulang daun, yagn diikuti dalam arah sejajar oleh tulang daun lainnya. Pada helaian  bagian atas, terdapat sel-sel higroskopis atau sel-sel kipas.
5.             Bunga
Tanaman jagung termasuk ke dalam tanaman yang berumah satu atau monoeucus; dimana bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah dalam satu tanaman .
Bunga jantan atau staminate terapat pada malai yang terletak di ujung batang tanaman sebelah atas. Bunga ini keluar kira-kira tanaman telah mencapai setengah dari umur sejak mulai tumbuh sampai siap panen.
Bunga betina atau rambut pada tongkol dipandang sebagai cabang dari batang utama, dimana cabang tersebut mempunyai jumlah ruas yang sama dengan ruas batang utama. Bagian yang terpenting dari bunga betina adalah ovary atau pelindung sel telur yang dilindungi oleh semacam carpel yang tumbuh terus menjadi rambut (tangkai putik). Rambut ini akan tambah panjang dan berakhir di ujung tongkol yang digunakan untuk keperluan pembuahan yaitu digunakan pada saat  tepung sari telah melekat pada pada rambut-rambut jagung tadi.
2.2          Varietas
            Jenis jagung dapat dikelompokan menurut umur dan biji. Kelompok jagung menurut umur tanamannya adalah sebagai berikut :
1.      Berumur pendek (genjah), 75- 90 hari. Contohnya Genjag Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjunna.
2.      Berumur sedangan (tengahan), 90-120 hari. Contohnya Hibrida C1, Hibrida CP1, Hibrida CP2, Hibrida IPB4, Hibrida Pioneer 2, Malin, Metro, dan Pandu.
3.      Berumur panjang, lebih dari 120 hari. Contohnya, Kania putih, Bastar, Kuning Bima dan Harapan.
Sedangkan kelompok jagung menurut bentuk biji dapat dibedakan menjadi :
1.             Dent corn (Zea mays inderata)
Jagung ini disebut jagung gigi kuda karena bentuk biji seperti gigi kuda, pati yang keras menyelubungi pati yang lunak sepanjang tepi biji tetapi tidak sampai ke ujung.
2.             Flint Corn (Zea mays indurata)
Jagung ini dinamakan jagung mutiara. Biji sangat keras, pati yang lunak sepenuhnya diselubungi oleh pati yang keras, tahan terhadap serangan hama gudang.
3.             Sweet Corn (Zea mays sacharata)
Jagung ini disebut jagung manis. Endosperm berwarna bening, kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut.
4.             Pop Corn (Zea mays everta)
Jagung ini dikenal dengan nama jagung berondong. Biji sangat kecil, keras seperti halnya pada jagung flint, proporsi pati yang lunak lebih kecil disbanding tipr flint.
5.             Flour Corn (Zea mays anylacea)
Jagung ini disebut dengan nama jagung bertepung. Endosperm hampir seluruhnya berisi pati yang lunak, biji yang sudah kering permukaannya berkerut.
6.             Pod Corn (Zea mays aunicula)
Jagung ini disebut jagung polong. Tiap butiran biji diselubungi oleh polong atau kelobot yang memebntuk tongkol yang juga diselubung oleh kelobot. Jagung ini tidak digunakan untuk produksi.
7.             Waxy Corn (Zea mays ceratina)
Jagung ini dinamakan jagung berlian. Biji berwarna buram, endosperm lunak pati mengandung arglopektin merupakan sumber energi terbaik untuk makanan ternak.

            Pada paraktikum ini kami dari kelompok I mendapat varietas tanaman jagung BISI-16 adapun deskipsi dari varietas ini adalah sebagai berikut :
Golongan Varietas                              : Bersari Bebas
Umur Varietas Keluar Rambut           : Kurang lebih 5 hari
Umur Panen                                        : 85-90 hari
Daya Hasil                                           : 5,0-6,0 ton/hektar pipilan kering
Batang                                                 : Tinggi sedang (medium) dan tegap
Daun                                                    : Panjang dan lebar
Warna daun                                         : Hijau tua
Tongkol                                               : Cukup besar dan silindris
Kedudukan tongkol                             : kurang lebih di tengah batang
Kelobot                                                : tidak semua tongkol tertutup dengan baik
Biji                                                        : Umumnya Mutiara (Flint)
Warna biji                                            : Kuning kadang-kadang terdapat 2-3  biji
                                                              Berwarna putih pada satu tongkol
Baris biji                                               : Lurus dan rapat
Jumlah baris atau tongkal                   : 12-14 baris
Bobot 1000 butir                                  : Kurang lebih 272 gram
Perakaran                                           : Baik
Kerebahan                                           : Cukup tahan            
Ketahanan terhadap penyakit             : Cukup tahan terhadap bulai jagung
Keterangan                                          : Baik untuk dataran rendah
2.3          Pemupukan
Pemupukan diberikan juga pada saat pengolahan tanah adalah pupuk Urea 150  kg, TSP 175 kg, dan KCl 75 kg/hektar. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar adalah:
-            Pemupukan dasar setengah bagian pupuk Urea, 1 bagian TSP, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup dengan tanah
-            Susulan I sebanyak setengah  bagiannya lagi dari Urea  pada umur 30 hari, 15 cm diparit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu ditutup dengan tanah.



III.        PELAKSANAAN PRAKTIKUM

-             

3.1          Bahan dan Metode
No
Bahan
No
Alat
1
Benih Jagung varietas BISI-16
1
Cangkul
2
Pupuk NPK
2
Meteran
3
Tali plastik
3
Tugal
4
Kantong plastik
4
Neraca


5
Ajir


6
Koret


7
Alat Tulis

3.2         Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum teknologi produksi tanaman jagung adalah metode penjelasan teori di kelas dan praktikum di lapangan.  Materi-materi yang didapat langsung dipraktikan dilapangan dan disana tanya jawab serta masalah-masalah yang ditemui di lapangan langsung dicari pemecahannya di kelas.
3.3        Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktikum teknologi produksi tanaman serealia khusus tanaman jagung dilaksanakan dari tanggal 7 oktober sampai 6 januari 2011.  Adapun tempat pelaksanaan praktikum adalah lahan praktek STPP Bogor Jurusan Penyuluhan Pertanian.
3.4       Pelaksanaan Kegiatan
            Adapun kegiatan-kegiatan yang penulis laksanakan adalah mulai dari penyiapan lahan sampai panen, untuk lebih jelas dapat dilihat pada jadwal kegiatan yang terdapat dilampiran 1.  Secara garis besar kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.      Penyiapan Bahan Tanam
Benih jagung yang ditanam dalam kegiatan praktikum ini adalah varietas BISI-16. Benih jagung yang ditanam diperoleh dari toko pertanian tanpa melakukan pembenihan sendiri. Untuk benih jagung tidak dilakukan persemaian terlebih dahulu karena benihnya termasuk benih yang berukuran cukup besar sehingga tidak ada perlakuan benih dan ditanam langsung ke lapangan.



b.      Pengolahan Tanah

Foto0543.jpgUkuran lahan praktikum jagung adalah  luas lahan yakni 65 m2. Pengolahan tanah yang dilakukan untuk mempersiapkan sebagai media tanamnya jagung meliputi langkah-langkah pelaksanaan di lapangan yaitu : Membersihkan lahan yang akan diolah dari rumput-rumput/gulma, kerikil, dan sisa-sisa tanaman sebelumnya, memperbaiki dan membentuk pematang dengan kuat dan kokoh dengan tinggi 25 x 30 cm. mengolah tanah dengan cara dicangkul balik sedalam 30 cm hingga menjadi gembur khususnya lapisan olah tanah bagian atas dan membentuk petakan untuk lahan jagung dengan cara langsung di buat lubang dengan cara ditugal. Jarak tanam 65 x 15 cm dengan kedalaman sekitar 3-5 cm. Dengan 1 lubang satu biji.

c.      Penanaman
Sebelum benih jagung ditanam, terlebih dahulu dibuat jarak tanam dengan ukuran 65 x 15 cm sedalam 3-5 cm dan lubang pupuk sedalam 10 cm dengan cara ditugal kemudian dilanjutkan dengan pemberian pupuk dasar berupa Urea 0,975 kg; SP-36 1,1375 kg dan KCl 0,4875 kg per luas lahan 65 m2 (rekomendasi pupuk yang dipakai Urea 150 kg, SP-36 175 kg, dan KCl 75 kg/hektar.NPK 300 kg/ha® bisa diganti PONSKA 15-15-15). Pemberian pupuk dasar ini dilakukan dengan cara disimpan pada lubang pupuk disekitar lubang tanam lalu ditutup kembali dengan tipis. Jarak lubang pupuk dengan lubang tanam/benih adalah 10-15 cm. Penanaman ini dilaksanakan dengan cara meletakkan benih jagung sebanyak 1 biji/lubang tanam kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis dan disiram hingga cukup lembab. Lubang tanam/benih diusahakan harus lebih tinggi dari lubang pupuk. Dengan luas lahan 65 m2 dan jarak tanam 65 x 15 cm, maka diperoleh jumlah populasi tanaman jagung adalah :
Populasi Tanaman           = Luas lahan / Jarak Tanam     
= 65 m2/0.65x0.15 = 666 Tanaman
                                              
d.      Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman jagung adalah sebagai berikut
a)   Penyulaman dan Penjarangan
Kegiatan penjarangan dilakukan bila ada dalam satu lubang tanam tumbuh 3 tanaman maka tanaman tersebut dikurangi. Penjarangan dilakukan pada umur 7-10 hari setelah tanam. Bersamaan dengan kegiatan penjarangan juga dilakukan penyulaman dengan cara mengganti  tanaman yang tumbuh abnormal atau mati digantikan dengan benih baru yang sehat dan varietas yang sama. Penyulaman dilakukan pada umur 1-2 minggu setelah tanam.
b)  Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan lahan pertanaman jagung dari gulam dengan menggunakan alat bantu seperti kored dan cangkul secara hati supaya tidak merusak perakaran tanaman. Penyiangan dilakukan pada umur 2 minggu dan berikutnya dilakukan setiap minggu atau tergantung pertumbuhan gulma di lahan.
Adapun jenis gulma yang ditemukan tumbuh di areal pertanaman jagung adalah babadotan (Aregatum conyzoides L.), putri malu (Mimosa pudica), Jampang (Digitaria sp), teki (Cyperus rotundus L.), gelang (Portilaca oleracea L.), belulang (Eleusine indica), bayam duri (Amanthus spinous), dan semanggi (Marsiela crenata).
c)   Pembumbunan
Pembumbuman dilakukan pada umur tanaman 14 hari setelah tanam atau bersamaan dengan  penyiangan gulma. Hal ini bertujuan untuk memperkokoh batang tanaman jagung agar tidak roboh atau rebah. Pembumbuman dilakukan dengan cara membuat guludan sambil membumbum bagian pangkal batang jagung dengan  tanah yang telah digemburkan, sehingga membentuk barisan memanjang searah tanaman jagung.
d)  Pemupukan
Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah Pupuk Urea sebanyak 150 kg, SP-36 175 kg, dan KCl 75 kg. Kebutuhan pupuk untuk luas lahan praktikum 65 m2 adalah sebanyak Urea 0,975 kg, Sp-36 1,1375 kg, dan KCl 0,4875 kg. Pemupukan diberikan dalam 2 kali tahap yaitu: Pada saat pengolahan tanah terakhir/ saat tanam yaitu pupuk Urea ½ bagian dari dosis yang diberikan yakni 0,975 kg.
Cara pemupukan yang dilakukan adalah dengan cara disimpan pada lubang pupuk dengan jarak antara batang  tanaman dengan lubang pupuk 7cm, kemudian pupuk ditutup kembali dengan tanah.

e)   Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
-          Kumbang Katimumul (Holotrichia helleri Brsk.)
Uret menyerang akar sehingga pertumbuhan tanaman merana, uter juga menyerang kulit batang menyebabkan tanaman mati. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah menangkap dan membunuh langsung kumbang yang ditemukan di areal pertanaman jagung.
-          Ulat Daun
Ulat daun ini memakan daun jagung sehingga daun-daun berlubang-lubang tidak teratur.pengendalian dilakukan dengan cara menangkap dan membunuh langsung ulat yang ditemukan di areal pertanaman jagung.
-          Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis)
Hama ini menyerang pada tanaman jagung masih muda. Tanaman jagung yang terserang mengakibatkan tanaman menjadi roboh dan pada bagian pangkal batangnya terdapat bekas gigitan ulat. Pengendalian yang dilakukan sama yakni menangkap dan membunuh langsung ulat penggerek yang ditemukan di areal pertanaman jagung.
-          Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Tanaman muda lebih disukai oleh hama ini daripada tanaman yang sudah tumbuh dewasa. Tanaman yang terserang akan patah, layu dan terkulai sehingga tanaman mati. Upaya pengendalian sama dengan hama-hama tersebut diatas yaitu dengan menangkap dan membunuh langsung ulat yang ditemukan di areal pertanaman jagung.
-          Ulat Tongkol (Heliotis armigera)
Ulat tongkol ini menyerang buah jagung atau tongkol dengan cara memakannya sehingga kelobot dan biji tongkolnya menjadi rusak. Pengendalian dilakukan dengan cara membuang tongkol yang di serangnya.
-          Belalang
Belalang menyerang dayn jagung dengan cara memakannya biasanya belalang memakan daun muali dari pinggir/tepi daun




Text Box: Belalang di Lahan Jagung 1

Penyakit
Penyakit yang ditemukan menyerang tanaman jagung selama praktikum yaitu bulai jagung (Peronosclerospora maydis). Gejala serangan yang ditimbulkan adalah pertumbuhan tanaman kaku dan merana, terdapat spora di bagian bawah daun berwarna putih, dan terdapat garis cokelat sejajar dengan tulang daun. Pengendalian yang dilakukan untuk penyakit bulai adalah dengan cara mencabut tanaman yang terserang.

e.      Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada tanaman jagung dibuat menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut.
a.   Pengamatan pertumbuhan
Pengamatan ini dilakukan sebanyak 12 kali yang dilakukan setiap minggu. Pengamatan dilakukan sejak 1 minggu setelah tanam sampai saat panen. Parameter yang digunakan untuk pengamatan adalah jumlah daun, tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, bunga jantan, banyak tongkol, dan panjang tongkol. Sampel diambil dengan sistem acak sebanyak 10 sampel. Sampel yang diamati adalah sampel yang sama tiap minggunya. Untuk itu, sampel ditandai dengan menggunakan ajir yang bernomor.
·       Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman jagung di persemaian di ukur dengan menggunakan mistar kayu. Pengamatan dilakukan dari minggu I sampai dengan minggu XII. Tanaman sampel yang diukur sebanyak 10 tanaman yang diambil secara acak.
·       Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang diamati mulai dari minggu I sampai dengan minggu XII yang dilakukan pada 10 tanaman sampel yang diambil secara acak setiap minggunya
·       Panjang Daun (cm)
Panjang daun di amati mulai dari minggu II sampai dengan minggu XII. Panjang daun yang diukur adalah daun yang paling panjang dalam setiap tanaman sampelnya. Alat ukur yang digunakan adalah penggaris/mistar kayu.
·       Lebar Daun (cm)
Lebar daun yang diamati merupakan daun yang sama yakni yang paling panjang sehingga akan diketahui lebar daun tersebut. Pengamatan lebar daun dilakukan dari mulai minggu II sampai dengan minggu XII dari setiap tanaman sampel. Alat ukur yang digunakan adalah mistar kayu.
Grafik Pertumbuhan Tanaman Jagung (Bisi 16)

Grafik Pertumbuhan Tanaman Jagung
Umur Tanaman (Hari)
Tinggi Tanaman (Cm)
Jumlah Daun
Panjang Daun (Cm)
Lebar Daun (Cm)
19
46.00
5.40
34.90
3.97
28
90.10
8.70
68.50
6.93
35
133.20
10.40
89.88
9.28
49
210.80
12.90
91.10
10.50
56
252.60
13.70
92.00
8.41
63
252.30
13.30
93.00
8.31
70
255.80
13.80
97.00
8.75
77
257.80
13.80
97.00
8.75
84
257.80
13.80
97.00
8.75

Dari data pada tabel di atas maka dapat dibuat grafik (kurva pertumbuhannya sebagaimana gambar di bawah ini:
Pada pertumbuhan tanaman jagung ada fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tersebut sangat jelas ditunjukan dengan grafik tinggi tanaman jagung, fase pertumbuhan lambat tanaman jagung antara pengamatan ke 1-3 dan Pengamatan ke 6-9 sedangkan fase pertumbuhan cepat terjadi pada pengamatan ke 4-6 sedangkan fase setelah datang fase generatif, maka pertumbuhan tanaman jagung berhenti sekitar umur tanaman pada minggu ke 9 (sembilan)

f.       Panen Jagung
Ciri jagung sudah siap dipanen adalah umur tanaman jagung sudah maksimal, buah jagung telah masak fisiologis, kadar air biji kurang dari 28%, pada dasar biji jagung terdapat lapisan berwarna hitam,  biji keras dan bila ditekan dengan kuku tidak tergores, serta daun kelobot telah kering 85%. Pemanenan jagung dilakukan pada umur tanaman 14 minggu setelah tanam.
Cara panen jagung yang masak fidiologis adalah dengan cara mematahkan tangkai buah jagung atau tongkol dengan tangan. Pemanenan terlebih dahulu dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 10 tanaman dan ubinan ukuran 5 meter dengan cara mematahkan tangkai tongkol jagung.



§    Pengamatan Panen Jagung
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sampel pengamatan sebelumnya dan sampel barisan sebagai ubinan untuk memprediksi produksi yang diperoleh. Barisan dibuat sebanyak 1 kali dengan ukuran tiap barisan 5 m. Parameter yang digunakan untuk pengamatan hasil ini adalah jumlah biji/tongkol, jumlah baris biji/tongkol, jumlah biji/baris tongkol,  jumlah tongkol, berat biji pipilan basah tiap sampel dan ubinan, berat pipilan kering tiap sampel dan ubinan.

§    Jumlah Biji/Tongkol
          Jumlah biji dalam satu tongkol jagung dihitung dengan cara menghitung terlebih dahulu jumlah baris dalam satu tongkol dan jumlah biji per baris lalau dikalikan. Maka diperolehlah jumlah total biji jagung dalam satu tongkol. Pengamatan ini dilakukan hanya pada 10 tanaman sampel saja.
§    Jumlah Biji/Baris Tongkol
          Jumlah biji per baris dihitung untuk mengetahui jumlah total biji jagung dalam satu tongkolnya. Pengamatan ini dilakukan pada 10 tanaman sampel saja.
§    Jumlah Baris Biji/Tongkol
          Jumlah baris biji dalam satu tongkol perlu diamati dan dihitung untuk mengetahui jumlah total biji jagung dalam satu tongkol. Pengamatan ini dilakukan pada 10 tanaman sampel saja.
§    Jumlah Tongkol
          Jumlah tongkol dihitung dari masing-masing tanaman sampel sehingga dapat diketahui rata-rata jumlah biji dalam satu tongkol jagung.
§    Berat Biji Pipilan Basah (gram)
          Pengamatan berat bji pipilan basah dilakukan pada 10 tanaman sampel dan ubinan ukuran 5 m. Untuk berat biji pipilan basah pada tanaman sampel ditimbang berat dari setiap tanaman sampel dan dipisahkan. Sedangkan untuk berat biji pipilan basah untuk ubinan disatukan langsung
§    Berat Biji Pipilan Kering (gram)
          Pengamatan berat biji pipilan kering dilakukan setelah biji jagung dijemur beberapa hari sehingga diperoleh kadar air sekitar 14%. Setelah kering baru dilakukan penimbangan berapa berat biji pipilan kering untuk setiap 10 tanaman sampel dipisahkan dan untuk biji pipilan yang diperoleh dalam ukuran ubinan.  Hasil biji pipilan kering dalam ukuran ubinan untuk mengetahui dan menaksir total produksi setelah dikonversikan ke dalam luasan lahan 1 hektar.
Data Tabel Pengamatan hasil panen (sampel Kelompok I)
Pegamatan/Sample
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S biji/tongkol
546
672
588
336
630
348
518
574
490
432
S biji/baris
39
48
42
24
45
29
37
41
35
36
S baris biji/tongkol
14
14
14
14
14
12
14
14
14
12
S tongkol
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Berat biji pipilan (gram)
148
150
182
58
184
144
82
132
170
142

Data Ubinan Tanaman Jagung
Sample
Kelompok I
Tinggi tanaman
233,9
S Internodia
14,5
S Tongkol
10
-
Panjang Tongkol
16.5
-
Lingkar Tongkol
16.1
-
S baris / tongkol
13.6
-
S biji / tongkol
513

Perkiraan perhitungan produksi dari hasil ubinan
Ubinan
Berat (Gram)
I
2256
II
2704
III
2162

Perhitungan Perkiraan Produksi:
Luas lahan total/luas ubinan x hasil ubinan
65 m2/3.25 m2x 23.74 Kg = 474.8 Kg
Jadi Perkiraan Produksi Jagung Kelompok I adalah 474.8 Kg

IV.         

IV.        KESIMPULAN


1.    Tanaman Jagung yang ditanam oleh kelompok I merupakan jagung dengan varietas BISI 16 yang memiliki karakter varietas yang nampak adalah: Batang  Kokoh, Biji dalam tongkol penuh, pertumbuhan seragam namun tinggi tanaman lebih pendek jika dibanding varietas lain misal varietas Pioneer.
2.    Keberhasilan budidaya tanaman jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: faktor alam (curah hujan, kesuburan tanah, kondisi lingkungan penanaman, ketersediaan air dan lain-lain), faktor teknis budidaya (ketepatan dosis pemupukan, ketepatan pengukuran jarak tanam, kedalaman lubang tanam dan lain-lain) dan faktor terakhir adalah faktor manusia (keseriusan dan kedisiplinan dalam berbudidaya)
3.    Hal-hal yang menjadi kelemahan dan harus diperhatikan kembali saat akan melakukan budidaya jagung adalah: Ketepatan Pengukuran jarak tanam, hal ini berpengaru terhadap ketepatan dosis pupuk, ketepatan perhitungan hasil panen dan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang berimplikasi pada produksi jagung itu sendiri. Selain itu kesungguhan dan keseriusan yang berbudidaya (human), dan juga ketepatan dalam pengamatan tanaman (interaksi human dengan tanaman) sehingga didapati keputusan perlakuan yang tepat untuk tanaman.

Lampiran I
Deskripsi benih jagung yang ditanam kelompok I

Nama Varietas                             : BISI 16
Golongan Varietas                       : Bersari Bebas
Umur Varietas Keluar Rambut    : Kurang lebih 5 hari
Umur Panen                                : 85-90 hari
Daya Hasil                                   : 5,0-6,0 ton/hektar pipilan kering
Batang                                          : Tinggi sedang (medium) dan tegap
Daun                                            : Panjang dan lebar
Warna daun                                 : Hijau tua
Tongkol                                        : Cukup besar dan silindris
Kedudukan tongkol                      : kurang lebih di tengah batang
Kelobot                                         : tidak semua tongkol tertutup dengan baik
Biji                                                : Umumnya Mutiara (Flint)
Warna biji                                     : Kuning kadang-kadang terdapat 2-3  biji
                                                        Berwarna putih pada satu tongkol
Baris biji                                        : Lurus dan rapat
Jumlah baris atau tongkol            : 12-14 baris
Bobot 1000 butir                           : Kurang lebih 272 gram
Perakaran                                    : Baik
Kerebahan                                   : Cukup tahan            
Ketahanan terhadap penyakit      : Cukup tahan terhadap bulai jagung
Keterangan                                  : Baik untuk dataran rendah



Lampiran II
Volume Penggunaan Pupuk


Dosis Pupuk / Ha Urea 150 Kg, SP-36 175 Kg dan KCl 75  Kg
Luas lahan 65 m2
Jumlah populasi yang ada adalah 666 tanaman

-          Urea
Jumlah Urea yang diberikan adalah sebanyak 1.95 kg  untuk luas lahan 65 m2 yang diberikan  2 kali pemupukan yaitu masing-masing 0,975 kg/satu kali pemupukan,  maka jumlah pupuk yang diberikan per tanaman adalah

Urea    =                                  =                                  = 2,9 gram/tanaman
           
-          SP-36
SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanam saja. Maka jumlah pupuk ynag diberikan kepada satu tanaman adalah :


 

SP-36  =                                  =                                  = 1,7 gram/tanaman              


-          KCl
KCl  diberikan sekaligus pada saat tanaman, maka jumlah pupuk yang diberikan per tanaman adalah :


 

KCl      =                                  =                                  = 2,2 gram/tanaman


Catatan :  dari masing-masing jumlah pupuk yang diberikan pada saat pemupukannya adalah dengan cara dicampur aduk secara merata sehingga jumlah pupuk pertanaman pada dasarnya hanya disesuiakan dengan keadaan dan jumlah campuran masing-masing pupuk tersebut.